Selasa, 22 Mei 2018

Bermain dengan 4 Mahasiswi Alim part 1


“tok ... tok ... tok ... “
Sosok mungil tapi cantik berjilbab membukakan pintu"Ehhh... ada tamu. Temannya Dewi ya?" sapa Hesti ketika membukakan pintu. Heran juga ia melihat tiga lelaki yang berpenampilan agak kasar itu ada di dalam rumah kostnya.
"Ih, Dewi kok punya temen serem gitu sih," batinnya.
"Iya Mbak. Baru pulang kuliah?" sahut salah satu dari para 'tamu' itu, sambil mengepulkan asap rokoknya.
"He..eh, baru pulang nich. Sudah ketemu Dewinya?"
"Belum Mbak." sahut lelaki tadi sambil melirik dua temannya yang cuma senyum-senyum.
"Seharusnya dia sudah pulang.Iya deh, aku panggilin ya?"
Hesti setengah berlari ke kamar Dewi, Pintunya tertutup rapat.Langkahnya berhenti di depan kamar karena mendengar suara aneh.
"Wi....wi....Dewi?" Hesti mengetuk pintu.
Upik memberanikan diri membuka pintu. Matanya langsung terbeliak melihat dua lelaki sedang mengobrak-abrik kamar seperti mencari sesuatu. Hesti langsung berbalik, lari...
"Tolooongg....tolooong...." teriaknya agak keras.

Baru lima langkah berlari, Upik terpaksa berhenti karena tiga lelaki yang tadi di ruang tamu menghalangi jalannya.
"Ada apa, Mbak?"
"Ra...rampok...perampok...ada perampok..." Hesti terbata-bata.
"Ooo itu...itu bukan rampok cuman mencari barang yang berharga, tapi karena sepertinya tidak ada kami ambil saja barang berharga yang ada ditubuh kalian itu...."
Hesti seperti mendengar petir saat lelaki di depannya mengatakan itu.
Ia berupaya menghindar dan lari lagi.
"Toollloooong.....mmmbbbppp...."
Dua lelaki mencengkeram kedua lengannya dan salah satu membungkam mulutnya. Matanya melotot ketakutan. Apalagi satu lelaki lagi menempelkan belati ke pipinya.
"Jangan coba-coba teriak, mengerti!" desisnya. Hesti mengangguk dan mulutnya tak dibungkam lagi.
"Ja...jangan...perkosa saya...." ibanya.
"Kami tak akan memperkosa. Cuma memasukkan kontol-kontol kami ke dalam tempik kalian. Ingat, kamu hanya boleh merintih dan mengerang. Kalau coba-coba teriak, kamu bisa kehilangan ini...."
"Adudududuhhh...iya...iya...lepaskan....aduhhh..." Hesti memekik.
Lelaki di depannya mencengkeram payudara kanannya dari luar jilbab dan jubahnya. Begitu keras cengkeraman itu seolah gumpalan daging itu bakal lepas dari tempatnya.
Hesti dijatuhkan di lantai dengan nafas tersengal.Hesti tak bisa berteriak ketika salah satu lelaki merobek bagian bawah pakaiannya dan mengikat kedua tangannya ke belakang dengan sobekan kain. Lelaki itu merobek lagi jubah abu-abunya dan menyumpal mulutnya dengan sobekan kain.
Mahasiswi Fakultas pendidikan itu lalu dipaksa berdiri oleh seorang lelaki yang merengkuhnya dari belakang. Hesti meronta dan merintih ketika melihat lelaki di depannya menyingkapkan jilbabnya ke pundaknya, lalu mencengkeram keras payudaranya lagi. Gadis asal desa C kota P Jateng itu makin ketakutan ketika jubahnya dilucuti.
Dua lelaki di depannya tertawa-tawa melihat gadis itu kini hanya mengenakan BH dan celana dalam. Lelaki yang memegang belati kemudian menempelkan belatinya ke leher Hesti. Hesti merinding, apalagi belati itu kemudian bergerak turun, melingkari gundukan daging payudaranya yang menyembul dari kantung BH.
Lalu mata pisau itu menyelip di sambungan kantung BH. Sekali tarik, BH-nya putus dan langsung direnggut lelaki satunya. Hesti terisak saat lelaki itu menyentuhkan ujung belati ke dua putingnya yang mungil dan hitam. Sementara lelaki di belakang menggenggam kedua payudaranya yang montok sehingga makin menjulang.
Hesti gemetar ketika kemudian pisau itu ditempelkan ke bawah, lalu menyelinap ke balik celana dalamnya. Logam yang dingin menyentuh celah bibir vaginanya, membuatnya gemetar. Sekejap kemudian, celana dalamnya juga menjadi mangsa pisaunya itu. Kini tak ada seutas benangpun menutupi tubuhnya yang kuning langsat, kecuali sehelai jilbab dikepalanya dan kaus kaki krem.
Takut bercampur malu sungguh menyiksanya, sebab belum pernah orang lain melihat tubuhnya tanpa pakaian. Apalagi, tiga lelaki itu kini berebut meremas vaginanya yang berambut tipis.
Hesti putus asa. Air mata menitik dari kedua matanya. Tiga lelaki itu kini sudah melepas celana mereka dan memperlihatkan penis yang hitam dan besar. Hesti kini dipaksa berbaring telentang di lantai saat lelaki yang memegang pisau mengangkat kedua belah kakinya ke atas.
"Ampuun....ooohh...jangann....aaaaakkhhh...."

Tanpa basa-basi, ia masukkan penisnya ke dalam vagina Hesti. Mahasiswi cantik itu mengerang panjang merasakan vaginanya sangat pedih. Ia merasa ada yang koyak di dalamnya. Ia makin tak karuan ketika sumbat mulutnya dilepas lalu lelaki lain memaksanya mengulum penisnya. Sementara lelaki ketiga hanya meremas-remas buah dadanya, menarik-narik putingnya dan mencabuti bulu kemaluannya.
Setelah beberapa menit, lelaki yang merenggut mahkotanya mencapai klimaks dan menumpahkan sperma ke dalam rahimnya. Disusul oleh rekannya yang menumpahkan sperma di dalam mulutnya. Hesti terbatuk sehingga semprotan sperma berikutnya menodai wajah lembutnya serta jilbab abu-abunya. Lelaki ketiga tak mau berlama-lama, memperkosa Hesti yang lunglai dengan kasar, lalu menyemprotkan sperma ke wajahnya lagi.
Mulut Hesti yang penuh sperma sudah disumbat lagi dengan sobekan celana dalamnya sendiri. Ia masih terikat ketika tubuhnya yang mungil diseret ke meja makan.Dari ruang makan, tiga lelaki itu mengacungkan jempol kepada dua rekannya yang tadi di kamar Dewi. Ketiga lelaki itu lalu kembali ke ruang tamu, menunggu 3 gadis lainnya yang belum kembali.
Sementara dari dekat ruang makan kembali terdengar jerit atau lebih tepatnya rintihan Hesti. Dengan tangan tetap terikat, Hesti dibaringkan di atas meja makan. Kakinya menjuntai ke bawah meja.
Karena itu ia hanya bisa mengerang ketika vaginanya jadi sasaran pemuas mulut. Kedua payudaranya yang tak seberapa besar pun dicengkeram dan dijilati. Lalu, terasa vaginanya kembali disodok penis yang keras dan panjang.
Hesti mengerang panjang ketika kedua putingnya ditarik ke atas tinggi-tinggi. Otot-otot vaginanya berkontraksi ketika ia kesakitan.

Akibatnya, pemerkosanya terangsang untuk terus menyakitinya. Kali ini, sambil memajumundurkan penisnya, lelaki itu mencabuti sehelai demi sehelai rambut kemaluan Hesti yang lumayan lebat.
Hesti terisak-isak ketika lelaki itu akhirnya usai dan menyemprotkan spermanya ke dalam rahimnya. Tapi itu belum berakhir. Lelaki kedua kini menekan-nekan anusnya dengan telunjuk. Diolesinya lubang sempit itu dengan sperma temannya yang meleleh keluar dari celah vaginanya.
"Ngghhh....ngghhhhh..." Hesti melengkungkan punggungnya saat telunjuk lelaki itu mulai menyusup masuk. Lalu, satu jari lagi menyusul.
Hesti mengerang keras. Belum pernah ia merasakan sakit seperti itu. Apalagi kemudian dua jari lagi masuk. Lalu, dua telunjuk dan dua jari tengah, bergerak ke arah berlawanan, melebarkan lubang anusnya.
Lelaki itu kini menempatkan kepala penisnya di lubang itu dan melepaskan tarikannya.
Hesti merintih...sesuatu yang besar terasa mengganjal di pintu liang anusnya. Apalagi, lelaki itu kemudian mulai mendorong. Hesti mengerang dan meronta sejadinya. Bagian bawah tubuhnya seakan terbelah.
Lelaki itu terus menyodominya. Tiap ditarik keluar, terlihat penisnya bernoda darah. Tetapi itu justru membuatnya makin bernafsu. Tangan kanannya meremas-remas kedua payudara Hesti, seolah hendak meremukkannya. Tangan kirinya meremas vagina Upik dan dua jarinya masuk jauh ke dalam. Lalu dengan tusukan jauh ke dalam, lelaki itu menumpahkan spermanya ke dalam anus mahasiswi itu. Hanya beberapa saat sebelumnya, Hesti pingsan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar