“tok ... tok ... tok ... “
Sosok mungil tapi cantik berjilbab membukakan pintu"Ehhh...
ada tamu. Temannya Dewi ya?" sapa Hesti ketika membukakan pintu. Heran
juga ia melihat tiga lelaki yang berpenampilan agak kasar itu ada di dalam
rumah kostnya.
"Ih, Dewi kok punya temen serem gitu sih,"
batinnya.
"Iya Mbak. Baru pulang kuliah?" sahut salah satu
dari para 'tamu' itu, sambil mengepulkan asap rokoknya.
"He..eh, baru pulang nich. Sudah ketemu Dewinya?"
"Belum Mbak." sahut lelaki tadi sambil melirik dua
temannya yang cuma senyum-senyum.
"Seharusnya dia sudah pulang.Iya deh, aku panggilin
ya?"
Hesti setengah berlari ke kamar Dewi, Pintunya tertutup
rapat.Langkahnya berhenti di depan kamar karena mendengar suara aneh.
"Wi....wi....Dewi?" Hesti mengetuk pintu.
Upik memberanikan diri membuka pintu. Matanya langsung
terbeliak melihat dua lelaki sedang mengobrak-abrik kamar seperti mencari
sesuatu. Hesti langsung berbalik, lari...
"Tolooongg....tolooong...." teriaknya agak keras.
Baru lima langkah berlari, Upik terpaksa berhenti karena
tiga lelaki yang tadi di ruang tamu menghalangi jalannya.
"Ada apa, Mbak?"
"Ra...rampok...perampok...ada perampok..." Hesti
terbata-bata.
"Ooo itu...itu bukan rampok cuman mencari barang yang
berharga, tapi karena sepertinya tidak ada kami ambil saja barang berharga yang
ada ditubuh kalian itu...."
Hesti seperti mendengar petir saat lelaki di depannya
mengatakan itu.
Ia berupaya menghindar dan lari lagi.
"Toollloooong.....mmmbbbppp...."
Dua lelaki mencengkeram kedua lengannya dan salah satu
membungkam mulutnya. Matanya melotot ketakutan. Apalagi satu lelaki lagi
menempelkan belati ke pipinya.
"Jangan coba-coba teriak, mengerti!" desisnya.
Hesti mengangguk dan mulutnya tak dibungkam lagi.
"Ja...jangan...perkosa saya...." ibanya.
"Kami tak akan memperkosa. Cuma memasukkan
kontol-kontol kami ke dalam tempik kalian. Ingat, kamu hanya boleh merintih dan
mengerang. Kalau coba-coba teriak, kamu bisa kehilangan ini...."
"Adudududuhhh...iya...iya...lepaskan....aduhhh..."
Hesti memekik.
Lelaki di depannya mencengkeram payudara kanannya dari luar
jilbab dan jubahnya. Begitu keras cengkeraman itu seolah gumpalan daging itu
bakal lepas dari tempatnya.
Hesti dijatuhkan di lantai dengan nafas tersengal.Hesti tak
bisa berteriak ketika salah satu lelaki merobek bagian bawah pakaiannya dan
mengikat kedua tangannya ke belakang dengan sobekan kain. Lelaki itu merobek
lagi jubah abu-abunya dan menyumpal mulutnya dengan sobekan kain.
Mahasiswi Fakultas pendidikan itu lalu dipaksa berdiri oleh
seorang lelaki yang merengkuhnya dari belakang. Hesti meronta dan merintih
ketika melihat lelaki di depannya menyingkapkan jilbabnya ke pundaknya, lalu
mencengkeram keras payudaranya lagi. Gadis asal desa C kota P Jateng itu makin
ketakutan ketika jubahnya dilucuti.
Dua lelaki di depannya tertawa-tawa melihat gadis itu kini
hanya mengenakan BH dan celana dalam. Lelaki yang memegang belati kemudian menempelkan
belatinya ke leher Hesti. Hesti merinding, apalagi belati itu kemudian bergerak
turun, melingkari gundukan daging payudaranya yang menyembul dari kantung BH.
Lalu mata pisau itu menyelip di sambungan kantung BH. Sekali
tarik, BH-nya putus dan langsung direnggut lelaki satunya. Hesti terisak saat
lelaki itu menyentuhkan ujung belati ke dua putingnya yang mungil dan hitam.
Sementara lelaki di belakang menggenggam kedua payudaranya yang montok sehingga
makin menjulang.
Hesti gemetar ketika kemudian pisau itu ditempelkan ke
bawah, lalu menyelinap ke balik celana dalamnya. Logam yang dingin menyentuh
celah bibir vaginanya, membuatnya gemetar. Sekejap kemudian, celana dalamnya
juga menjadi mangsa pisaunya itu. Kini tak ada seutas benangpun menutupi
tubuhnya yang kuning langsat, kecuali sehelai jilbab dikepalanya dan kaus kaki
krem.
Takut bercampur malu sungguh menyiksanya, sebab belum pernah
orang lain melihat tubuhnya tanpa pakaian. Apalagi, tiga lelaki itu kini
berebut meremas vaginanya yang berambut tipis.
Hesti putus asa. Air mata menitik dari kedua matanya. Tiga
lelaki itu kini sudah melepas celana mereka dan memperlihatkan penis yang hitam
dan besar. Hesti kini dipaksa berbaring telentang di lantai saat lelaki yang
memegang pisau mengangkat kedua belah kakinya ke atas.
"Ampuun....ooohh...jangann....aaaaakkhhh...."
Tanpa basa-basi, ia masukkan penisnya ke dalam vagina Hesti.
Mahasiswi cantik itu mengerang panjang merasakan vaginanya sangat pedih. Ia
merasa ada yang koyak di dalamnya. Ia makin tak karuan ketika sumbat mulutnya
dilepas lalu lelaki lain memaksanya mengulum penisnya. Sementara lelaki ketiga
hanya meremas-remas buah dadanya, menarik-narik putingnya dan mencabuti bulu
kemaluannya.
Setelah beberapa menit, lelaki yang merenggut mahkotanya
mencapai klimaks dan menumpahkan sperma ke dalam rahimnya. Disusul oleh
rekannya yang menumpahkan sperma di dalam mulutnya. Hesti terbatuk sehingga
semprotan sperma berikutnya menodai wajah lembutnya serta jilbab abu-abunya.
Lelaki ketiga tak mau berlama-lama, memperkosa Hesti yang lunglai dengan kasar,
lalu menyemprotkan sperma ke wajahnya lagi.
Mulut Hesti yang penuh sperma sudah disumbat lagi dengan
sobekan celana dalamnya sendiri. Ia masih terikat ketika tubuhnya yang mungil
diseret ke meja makan.Dari ruang makan, tiga lelaki itu mengacungkan jempol
kepada dua rekannya yang tadi di kamar Dewi. Ketiga lelaki itu lalu kembali ke
ruang tamu, menunggu 3 gadis lainnya yang belum kembali.
Sementara dari dekat ruang makan kembali terdengar jerit atau
lebih tepatnya rintihan Hesti. Dengan tangan tetap terikat, Hesti dibaringkan
di atas meja makan. Kakinya menjuntai ke bawah meja.
Karena itu ia hanya bisa mengerang ketika vaginanya jadi
sasaran pemuas mulut. Kedua payudaranya yang tak seberapa besar pun dicengkeram
dan dijilati. Lalu, terasa vaginanya kembali disodok penis yang keras dan
panjang.
Hesti mengerang panjang ketika kedua putingnya ditarik ke
atas tinggi-tinggi. Otot-otot vaginanya berkontraksi ketika ia kesakitan.
Akibatnya, pemerkosanya terangsang untuk terus menyakitinya.
Kali ini, sambil memajumundurkan penisnya, lelaki itu mencabuti sehelai demi
sehelai rambut kemaluan Hesti yang lumayan lebat.
Hesti terisak-isak ketika lelaki itu akhirnya usai dan
menyemprotkan spermanya ke dalam rahimnya. Tapi itu belum berakhir. Lelaki
kedua kini menekan-nekan anusnya dengan telunjuk. Diolesinya lubang sempit itu
dengan sperma temannya yang meleleh keluar dari celah vaginanya.
"Ngghhh....ngghhhhh..." Hesti melengkungkan
punggungnya saat telunjuk lelaki itu mulai menyusup masuk. Lalu, satu jari lagi
menyusul.
Hesti mengerang keras. Belum pernah ia merasakan sakit
seperti itu. Apalagi kemudian dua jari lagi masuk. Lalu, dua telunjuk dan dua
jari tengah, bergerak ke arah berlawanan, melebarkan lubang anusnya.
Lelaki itu kini menempatkan kepala penisnya di lubang itu dan
melepaskan tarikannya.
Hesti merintih...sesuatu yang besar terasa mengganjal di
pintu liang anusnya. Apalagi, lelaki itu kemudian mulai mendorong. Hesti
mengerang dan meronta sejadinya. Bagian bawah tubuhnya seakan terbelah.
Lelaki itu terus menyodominya. Tiap ditarik keluar, terlihat
penisnya bernoda darah. Tetapi itu justru membuatnya makin bernafsu. Tangan
kanannya meremas-remas kedua payudara Hesti, seolah hendak meremukkannya.
Tangan kirinya meremas vagina Upik dan dua jarinya masuk jauh ke dalam. Lalu
dengan tusukan jauh ke dalam, lelaki itu menumpahkan spermanya ke dalam anus
mahasiswi itu. Hanya beberapa saat sebelumnya, Hesti pingsan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar